Dinamika Ilmu-Ilmu Keislaman Oleh : Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis
Perkembangan Islam sejak abad pertama sampai ke tujuh hijriyah atau abad ke tujuh sampai tiga belas miladiah membawa corak baru dalam perkembangan peradaban umat manusia. Pertama kali dalam sejarah, agama membawa proses perubahan yang radikal. Apabila agama-agama sebelum Islam lebih banyak mengatur urusan yang bersifat teologis yaitu berkaitan dengan prinsip kepercayaan kepada Tuhan dan bagaimana bersikap terhadapNya maka ajaran Islam memperkenalkan ajaran baru yang mempertautkan antara urusan uluhiyah dengan khuluqiyah dan juga antara ’ubudiyah dengan dunyawiyah. Wujud dari perubahan itu adalah dorongan penggunaan akal sebagai jalan untuk lebih memahami, mengenal dan menghayati agar lebih dekat kepada Tuhan. Apabila agama-agama sebelumnya sangat menjauhkan diri dari penggunaan rasionalitas dengan melakukan analisis dengan mengkaji adanya hukum keajekan di alam semesta sementara ajaran Islam justru memberikan berbagai dorongan kepada penggunaan akal. Al Quran menyebut berbagai istilah dalam bentuk kata kerja: ta’qilun, tatafakkarun, tubsirun, tatadabbarun. Selain itu juga menggunakan kata benda: ulul albab, ulama, al rasykhuna fi al ‘ilm. Penggunaan akal sebagai kekuatan daya berpikir dimulai dari mendekatkan hubungan kepada Allah, mengembangkan analisis terhadap kaidah hukum dan selanjutnya menegaskan terjadinya integrasi antara ilmu agama (tadwiniyah) dengan ilmu kealaman (takwiniyah) berangkat dari akar yang sama dan menuju kepada sasaran yang sama yaitu untuk menunjukkan bukti kekuasaan Allah. Oleh karena itulah, dalam Islam tidak dikenal dikhotomi dalam bidang keilmuan karena semuanya berasal dari Allah, beribadah karena Allah dan akan kembali kepada Allah. Hal itulah yang menjadi esensi dari konsep wahdat al wujud yaitu kesatuan wujud yang dikembangkan dalam ilmu tasawuf. Demikianlah dinamika keilmuan dalam Islam merumuskan jalannya sendiri yang melahirkan peradaban umat manusia yang belum ada taranya sampai sekarang. Memang di samping Islam terdapat pula dua agama yang memiliki sejarah keilmuan. Akan tetapi, baik orang-orang barat yang Kristen maupun kebudayaan orang-orang Kristen Abisinia hampir seluruhnya dalam keterasingan dari yang lainnya. Demikian juga tidak ada suatu peradaban tunggal yang dikaitkan dengan Buddha sehingga antara teologi Kristen dan Buddha tidak memiliki hubungan yang terintegrasi dengan ilmu (Marshall G.S. Hodgson, 2002: 134-135). Berbeda dengan Islam, tradisi kebudayaan Islam yang terbentuk menjadi peradaban memiliki saling keterhubungan antara peradaban dunia Islam di timur maupun di barat yang akan kelihatan pada pengaruh kuat tiga rangkaian studi keislaman yaitu akidah, syariah dan akhlak.